Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, terbunuh pada Senin (4/12/2017) ketika terjadi bentrokan antara kelompok pemberontak Houthi dan loyalisnya.
Dilansir dari AFP, Saleh pernah memerintah Yaman selama lebih dari tiga dekade dengan tangan besinya, menjadikannya pemain kunci yang lama setelah pengunduran dirinya pada 2012.
Dia sangat ahli menavigasi politik Yaman yang kompleks. Dia bahkan selamat dari perang saudara, pemberontakan di utara, pemberontakan Al Qaeda di selatan, dan serangan bom pada Juni 2011 di istananya yang membuatnya terluka parah.
Pada 2014, dia bersekutu dengan mantan musuhnya, pemberontak Houthi dari utara Yaman, untuk membalas dendam kepada orang-orang yang memaksanya turun dari kekuasaan. Tubuh besar dengan mata tajam dan kumis, Saleh merupakan orang paling kuat di Yaman.
Pada 2015, panel ahli PBB menuduhnya melakukan korupsi dengan uang yang terkumpul mencapai 60 miliar dollar Amerika Serikat, padahal Yaman mengalami kemiskinan selama 33 tahun kekuasaannya. Saleh berasal dari minoritas Zaidi yang sama dengan Houthi. Dia bergabung dengan tentara pada usia 20 tahun dan mengambil bagian dalam kudeta 1962 terhadap pemimpin Yaman Zaidi.
Perang sipil enam tahun berikutnya berakhir dengan kemenangan bagi nasionalis yang didukung Mesir pada 1968, membentuk Republik Arab Yaman, yang juga dikenal sebagai Yaman Utara. Beberapa bulan sebelumnya, Yaman Selatan yang independen dibentuk menyusul penarikan Inggris, kemudian menjadi Republik Demokratik Rakyat Yaman yang dikuasai komunis.
Yaman Selatan menjadi satu-satunya negara komunis di Timur Tengah. Selanjutnya, negara itu bersatu dengan Yaman Utara pada 22 Mei 1990 untuk membentuk Republik Yaman.
Saleh tewas pada usia 75 tahun. Kematiannya akan mengubah jalan politik di Yaman, negara yang dicengkeram konflik selama tiga tahun terakhir.
Sumber: Kompas.com