Polisi menegaskan akan mengusut kembali kasus tawuran ala gladiator yang menewaskan seorang siswa, Hilarius Christian Event Raharjo di Bogor. Kapolsek Bogor Utara Kompol Wawan mengatakan pihaknya akan memanggil semua pihak yang terlibat dalam kasus tawuran tersebut.
“Kita akan panggil semua yang terlibat, semualah kita panggil seluruh saksi yang terlibat atau yang mengetahui barang kali,” kata Wawan kepada detikcom, Kamis (14/9/2017) malam.
Wawan berharap dalam pengusutan kasus tersebut seluruh pihak yang terlibat bisa memberikan informasi yang jelas. Untuk mempercepat proses pengusutan, saksi-saksi itu akan segera dimintai keterangan. Termasuk aktor intelektual di balik duel gladiator itu dan juga pihak-pihak yang menonton peristiwa itu.
“Secepatnya lah (pemanggilan saksi), kita hari ini sudah mulai. kita akan kumpulkan bukti-bukti yang penting semua pihak mendukung,” kata dia.
Wawan menyebut dirinya mendengar jika kasus ini sebelumnya sudah diselesaikan dengan musyawarah. Namun hal tersebut tidak akan menghentikan penyelidikan kasus tersebut. “Saya dengar dulu mereka sudah ada musyawarah dan lain sebagainya, tapi kalau memang bearti dari pihak korban masih kurang puas dan saya juga dengar kedua belah pihak ada win-win solutioun, sudah ada sejenis musyawarah uang duka katanya seperti itu tapi itu tidak mengurangi pidana dan tidak menghentikan penyelidikan. Uang duka itu sepertinya kemanusiaan saja, kalau pidana tidak hilang begitu saja,” tegas Wawan.
Sebelumnya diberitakan, curhat seorang ibu bernama Maria Agnes kepada Presiden Joko Widodo lewat Facebook ramai dibagikan. Maria menyebut sang anak, Hilarius Christian Event Raharjo yang merupakan siswa kelas X salah satu SMA di Bogor yang tewas pada Januari 2016 silam. Dia menyebut Hilarius tewas setelah dipaksa untuk berkelahi dalam ajang ‘gladiator’ yang juga direkam oleh anak-anak lain.
“Hilarius diadu seperti binatang di arena sorai-sorai,” ungkap Maria Agnes.
Wali Kota Bogor, Bima Arya menyebut kasus itu sudah selesai secara kekeluargaan. Dari hasil pengecekan di Dinas Pendidikan Kota Bogor, Bima Arya menyebut peristiwa itu terjadi pada 2015 silam.
“Tadi saya cek ke dinas pendidikan, ternyata itu kejadian yang tahun 2015. Kejadian tersebut diselesaikan secara kekeluargaan karena pihak keluarga korban tidak bersedia almarhum diautopsi,” kata Bima Arya kepada detikcom.
Sumber: Detik.com