Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari ini menelepon pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi untuk membahas krisis Rohingya. Kepada Suu Kyi, Erdogan mengatakan bahwa kekerasan terhadap Rohingya merupakan keprihatinan besar bagi dunia muslim.
Sumber-sumber kepresidenan Turki mengatakan seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (5/9/2017), dalam percakapan via telepon tersebut, Erdogan mengatakan pada Suu Kyi bahwa kekerasan terhadap Rohingya merupakan pelanggaran HAM dan bahwa dunia muslim sangat prihatin.
Erdogan dan Suu Kyi juga membahas solusi-solusi yang mungkin diambil terkait konflik di negara bagian Rakhine dan cara-cara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Disebutkan bahwa Erdogan mengecam terorisme dan operasi militer yang menargetkan warga sipil Rohingya. Erdogan juga menyampaikan kekhawatiran bahwa situasi tersebut bisa berubah menjadi krisis kemanusiaan yang serius.
Sebelumnya, Erdogan telah mengatakan bahwa kekerasan terhadap warga muslim Rohingya sama dengan genosida. Erdogan juga mengatakan, Turki punya tanggung jawab moral untuk mengambil sikap atas kekerasan di Myanmar. Gelombang kekerasan kembali terjadi di Rakhine pada 25 Agustus lalu, saat kelompok militan Rohingya atau ARSA menyerang puluhan pos kepolisian dan sebuah pangkalan militer Myanmar. Serangan itu memicu operasi militer di Rakhine yang menewaskan 400 orang dan memicu eksodus warga Rohingya. Menurut penghitungan terbaru relawan PBB, sedikitnya 123.600 warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh. Angka itu tercatat sejak 25 Agustus 2017, saat Rakhine kembali bergolak.
Otoritas Myanmar menegaskan operasi militer yang dilakukannya di Rakhine bertujuan menumpas teroris dan berlangsung sah menurut hukum. Myanmar menuding militan Rohingya yang membakar rumah-rumah warga dan membunuh warga sipil. Namun pemantau HAM dan pengungsi Rohingya di Bangladesh menyebut militer Myanmar bertanggung jawab atas berbagai aksi kekerasan untuk mengusir warga Rohingya keluar dari Rakhine.
Sumber: Detik.com